Kabarkini.co: KONI Jawa Timur (Jatim) serius menghadapi Pekan Olahraga Nasional (PON) XX tahun 2020 di Papua. Tidak hanya menggelar Puslatda Jatim, KONI Jatim juga membentuk Badan Pendidikan dan Latihan (Badiklat) untuk mendorong kualitas pelatih dan wasit.
"Badiklat ini juga mengurusi kelanjutan studi atlet, agar terjamin masa depan pendidikannya," kata Ketua Umum KONI Jatim, Erlangga Satriagung kepada wartawan usai pelantikan pengurus KONI Jatim periode 2017-2021 di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jumat (28/4).
Secara terus terang, Erlangga mengaku tidak ingin memacu atlet berprestasi di olahraga, tanpa mempedulikan pendidikannya. Pendidikan atlet harus dipikirkan, karena itu bagian dari masa depannya. "Latihan terus, studinya tercecer. Kami tak ingin atlet terus dipacu berprestasi, namun pendidikannya tak terurus," ujarnya.
Khusus puslatda, Erlangga memastikan puslatda berbasis Ilmu Pengetahuan Teknologi (Iptek) akan dimulai awal Juli 2017. Puslatda akan berlangsung selama tiga tahun. Dalam tiga tahun itu, atlet puslatda akan menjalani latihan dengan menerapkan sport science.
Jika Puslatda Jatim tahun lalu berbasis Iptek dengan menerapkan tiga pilar, yaitu Fisik, gizi dan psikologi. Pada Puslatda Jatim for PON Papua ditambah satu pilar lagi, yaitu bio mekanik. "Sekarang menjadi empat pilar," tandasnya.
Pihaknya berharap KONI Pusat segera menetapkan jumlah cabang olahraga (cabor) dan nomor yang dipertandingkan dalam PON Papua tahun 2020 ini. Penetapan cabor dan nomor PON Papua sangat berpengaruh pada persiapan daerah.
"Ada daerah yang menggelar puslatda cabor tapi ditengah jalan akhirnya tidak dipertandingkan di PON. Betapa hancurnya semangat atlet," ungkapnya.
Demikian pula dengan pembatasan usia atlet di PON Papua. Erlangga mendesak KONI Pusat agar segera diputuskan batasan usai. "Dulu sempat dikabarkan usia atlet 23 tahun. Tapi, baru-baru ini ada informasi dari Menpora, batasan usia atlet 23 tahun baru dilaksanalan pada PON 2024," jelasnya. (Bmw)